Senin, 05 Januari 2009

ayah.....aku hanya bisa menangis

Dia bukan Ayah yang baik, bukan pula gambaran seorang suami yang diidam-idamkan banyak istri. sebab dia bukan seorang Ayah yang slalu melindungi keluarganya, melimpahi anak-anaknya dengan kasih sayang dan menjaga istrinya dengan penuh cinta.
Dia bukan seorang kepala keluarga sebagaimana fungsinya. sangat jauh dari itu semua, dialah Ayahku, Ayah yang menelantarkan istri dan kesembilan anaknya dan membiarkan kami dalam penderitaan selama belasan tahun.
Bagaimana tidak?
memory itu begitu kuat tertanam dalam hatiku
ketika dia sering memukul Ibu bahkan juga kami.
ketika dia tidak pulang berhari-hari setelah menerima gaji dan menghabiskannya di meja judi.
ketika dia slalu membiarkan Ibu menangis setelah dimaki-maki orang sebab hutangnya di mana-mana.
ketika dia slalu memberikan alasan saat anak-anaknya menanyakan kapan dia memenuhi janjinya.
ketika dengan senang hati dia justru membiarkan Ibu pergi dari rumah untuk bekerja demi anak-anaknya yang seharusnya itu adalah kewajibannya sebagai ayah.
Dan masih banyak ketika-ketika yang lain.
tapi dia tetap Ayahku....
orang yang ikut andil akan kelahiranku di dunia, yang saat aku berada dalam peluknya tetap bisa merasakan hangat kasih sayangnya.
jika dihitung, sudah sembilan tahun aku tidak bertemu dengannya walaupun sebenarnya aku tau dimana keberadaannya.
bukan karena aku tidak merindukannya, jauh dilubuk hati aku juga ingin bertemu dengannya.
tapi keinginanku untuk bersimpuh di kakinya kalah dengan ingatanku bagaimana dia menyengsarakan kami.
kerinduanku padanya tidak sebanding dengan rasa kecewaku karena dia tidak pernah mengakui dirinya salah.
"maafkan bapak anak-anakku", kata-kata yang sabenarnya kami tunggu tidak pernah terucap di bibirnya.
lantas cukup pantaskah dia untuk kami hormati dan kami rindukan?
sedangkan dari mulutnya tidak pernah keluar kata-kata kebijaksanaan.
pukulan lebih sering kami terima daripada pelukan aman.
cukup pantaskah dia untuk kami doakan?
sementara dari mulutnya justru lebih sering keluar sumpah serapah yang tidak sepantasnya keluar dari mulut seorang ayah yang cukup berpendidikan.
tapi sekarang dia sudah senja....
lantas bahagiakah diri ini dengan membiarkan dia menikmati masa tuanya tanpa ada anak-anak menemaninya walaupun istri mudanya ada di sisinya.
cukup puaskah hati ini dengan membalas kelakuan buruknya penuh dengan dendam dan kebencian?
sedangkan sebenarnya rasa saling merindukan dan ingin bertemu pasti ada dalam hati seorang ayah dan anak.
cukup tenangkah hati ini dengan membayangkan keadaannya?
oh ayah....maafkan kami jika kami belum ikhlas memaafkan ayah.
dan saat jari-jariku mengetik tulisan ini, yang bisa kulakukan hanya menangis....

mendung di pagi hari

6 komentar:

Abu Hasna 5 Januari 2009 pukul 19.19  

Saya ga bisa ngasih comment apa2. Tapi kalaulah boleh saya memberi saran, saya rasa masih ada, atau bahkan banyak, kebaikan beliau yg masih pantas untuk diingat.

Wallahu a'lam.

yuni 5 Januari 2009 pukul 19.36  

trimakasih,yach memang benar karena setiap manusia pasti ada sisi positif dan sisi negatifnya.tapi...

Adie 5 Januari 2009 pukul 19.38  

Seburuk buruk sifat ayah kita..dia tetap ayah kita sampai kapanpun..berbuat baiklah kpdanya..api akan padam dengan air..mungkin dia akan terbuka pintu htinya bila kita baik trhadapnya..seandainya tak ad perubhan..mungkin allah berencana lain. Allah menyukai hambanya yg brbuat baik..berikan lah senyuman..dengan senyum hati kita menjadi damai..yg diberi senyum juga senang

Anonim,  9 Januari 2009 pukul 19.31  

dasar
uda gede cengeng hehe *piss*
salam kenal iya *salaman erat2*

tukeran link yuk

Posting Komentar

blog sahabat

  ©Editor by Dunia Maya.